Work hard to be a consumptive person?

”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung..” (Al-Jumu’ah [62]:10)



Ayat diatas merupakan tuntunan bagi kita dalam bekerja dan mencari uang, dan janganlah sekali-kali kita lupa bahwa sebenarnya kita bekerja untuk mendapatkan Karunia-Nya, bukan untuk status sosial, harta yang bergelimangan, dan rumah mewah dimana-mana. 

Hal itulah yang terkadang mendorong seseorang untuk berbuat korupsi dan mencari uang dengan cara yang haram.

Ya, kita memang dituntut untuk bekerja dan bercita-cita setinggi-tingginya seolah-olah kita akan hidup selama-lamanya dan beribadah seolah-olah kita tidak akan hidup lama lagi di dunia ini.

Namun, ketika kita menyebutkan bahwa umur kita di dunia ini hingga 60tahun lamanya, aktivitas yang kita  lakukan sehari-hari seperti menyiratkan kita lupa bahwa pada akhirnya kita akan kembali ke hadapan-Nya. 
Tapi siapa yang menyangka bahwa hidup di dunia ini paling lama hanya 2,5jam waktu akhirat? Dan kita lupa bahwa umur yang kita miliki ini semakin lama akan semakin berkurang. 

Baru-baru ini kita dikagetkan oleh pemberitaan siswa SMP yang berprofesi sebagai mucikari demi kebutuhan tersiernya terpenuhi, demi sebuah handphone baru, ataupun untuk memenuhi kebutuhan hedonismenya, lantas dia mengabaikan dosa atas perbuatannya tersebut.

Hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Indonesia semakin lama semakin menjadi manusia konsumtif. Bekerja untuk memenuhi hasratnya dan nafsunya belaka, namun lupa dengan makna sesungguhnya dan tujuan dari bekerja itu sendiri.


Dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka GDP di Indonesia setara dengan GDP dari 3 negara ini apabila digabungkan menjadi satu, yaitu Thailand, Malaysia, dan Singapore. Pada tahun 2030, Indonesia diprediksi akan menjadi negara urutan ke-6 yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang signifikan setelah China, USA, India, Brazil, dan Jepang.
Hal ini terjadi dikarenakan Indonesia memiliki inflasi yang rendah, hutang yang rendah (26% dari GDP), dan pertumbuhan penduduk yang masih terus meningkat. Hal ini berakibat pada Domestic Consumption kita yang meningkat hingga 6%. Dan dengan lebih dari 220juta konsumen di Indonesia, Indonesia merupakan negara yang memiliki high potential market di Asia Tenggara.

Grafik GDP yang semakin merangkak naik ini menunjukkan bahwa semakin lama kita akan menjadi manusia konsumtif yang dibodohi oleh barang-barang duniawi dan membuat kita lupa akan makna hidup.


Lihatlah berapa ribu manusia yang berdesak-desakan dan bangga akan hartanya, bangga mempunyai motor sendiri, bangga dapat meyetir mobil sendiri, dan menghujat pemerintah karena BBM yang naik Rp 2.000 sehingga jatah konsumsi bensin mereka berkurang? Mereka menjerit karena gaji mereka akan berkurang karna harus merogoh kocek lagi untuk bensin? Tapi apakah kita pernah berbagi dengan masyarakat miskin yang membutuhkan dengan Rp 2.000 saja setiap harinya??

LIFESTYLE...
Satu kata yang menjawab semua pertanyaan kenapa manusia bersifat boros, konsumtif, dan menjadikan manusia itu semakin lama mempunyai sifat individualistis. Lifestyle pulalah yang menyebabkan seseorang dengan terpaksa korupsi untuk memenuhi kebutuhan tersiernya.

Harta, Kecantikan, Rumah Mewah, Uang, dan apapun yang dibangga-banggakan oleh manusia konsumtif itu merupakan cermin dari manusia yang memiliki sifat tidak pernah berpuas diri. Memiliki wajah cantik memang dambaan setiap wanita, berapapun uang yang akan dikeluarkan demi memiliki wajah cantik tentu tidak diragukan lagi untuk sebagian orang. Namun apakah mereka pernah bersyukur telah dilahirkan ke dunia ini tanpa cacat dan suatu kekurangan apapun? Apa yang akan mereka lakukan apabila mereka lahir dengan kondisi cacat?

Tak terbayang apabila hal ini menimpa kehidupan kita, terlahir dengan keadaan yang tidak sempurna bahkan hingga buta tidak bisa membaca dan melihat seperti layaknya seorang manusia normal, namun kita lupa untuk bersyukur kepada-Nya, lupa bahwa hidup hanya sementara, lupa bahwa kekayaan yang kita miliki juga bersifat sementara, dan lupa bahwa di luar sana masih banyak manusia yang lebih membutuhkan uluran tangan kita dan memiliki cobaan yang lebih berat dibandingkan kita yang terkadang masih mengeluhkan harga BBM yang naik Rp 2.000,-.

Comments